Jejak - Jejak Sejarah Indonesia dalam Foklor, Mitologi, Legenda, Dongeng, Upacara, dan Nyanyian Rakyat

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau telah meninggalkan jejak sejarah. Jejak sejarah tersebut berguna untuk di ketahui dan dipelajari kepada generasi berikutnya. Namun untuk menemukan jejak sejarah pada masa lampau tidaklah mudah terlebih terjadi pada masa masyarakat belum mengenal tulisan. Namun demikian terdapat jejak-jejak sejarah dalam bentuk Folklor, Mitologi, Legenda, Dongeng, Upacara dan Nyanyian Rakyat.
Dalam Hal ini kita akan membahas tentang Folklor,

1. Foklor
Foklore berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata folk dan lore. Folk  adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya, sedangkan lore adalah tradisi folk, yaitu sebagaian kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Folklore menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan.

Foklor dapat didefinisikan sebagai bagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Secara keseluruhan, folklore merupakan istilah umum untuk aspek materiil, spritual, dan verbal dari suatu kebudayaan yang disampaikan secara oral melalui pengamatan atau peniruan.

Perlu kita ketahui bahwa setiap foklor harus dapat kita kenali dengan baik karena dalam masyarakat berkembang pula berbagai bentuk tradisi atau kebudayaan lain yang hidup dalam dinamika setiap masyarakat. Untuk mengetahuinya kita perlu mengetahui ciri-ciri foklor, yaitu :
  1. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.
  2. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
  3. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan penyebarannya secara lisan sehingga folklore mudah mengalami perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.
  4. Bersifat anonim, artinya pembuatannya sudah tidak dapat diketahui lagi.
  5. Biasanya mempunyai bentuk berpola. menggunaka kata pembuka tertentu, misalnya menurut yang empunya cerita.
  6. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat berguna bagi rakyat, misalnya belajar rakyat, protes, penerangan dsb.
  7. Bersifat pralogis, yaitumempunyai logika sendiri.
  8. Menjadi milik bersama, bagi anggota masyarat.
  9. Pada umumnya bersifat lugu atau polos, sehingga kelihatan kasar atau terlalu sopan.
Adapun fungsi folklore ini menurut seorang antropolog Amerika William R. Bascom adalah :
  1. Folklore sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencerminan angan-angan suatu kelompok.
  2. Foklore segagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
  3. Folklore sebagai alat pendidikan anak-anak.
  4. Folklore sebagai alat pemaksa dan penggagas norma-norma agar masyarakat selalu mematuhinya.
Sementara itu Jan Harold Brunvand membagi folklore menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya yaitu :

> Foklore Lisan
Foklore Lisan merupakan folklore yang bentuknya murni lisan. Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact) yang meliputi sebagai berikut.
  1. Ungkapan tradisional seperti peribahasa dan sindiran.
  2. Sajak dan pusisi rakyat, seperti pantun dan syair.
  3. Cerita prosa rakyat seperti sangkuriang dari jawa tengah.
  4. Nyanyian rakyat seperti jali-jali dari betawi, ampar-ampar pisang dari kalimantan.
> Foklore Sebagai Lisan
Foklore sebagai lisan merupakan campuran antara unsur lisan dan bukan lisan. Folklore ini dikenal juga sebagai fakta sosial (sociofact), meliputi sebagai berikut.
  1. Kepercayaan dan takhayul
  2. Permainan dan hiburan rakyat setempat.
  3. Teater rakyat, seperti Lenong, ketoprak, dan ludruk.
  4. Tari rakyat, seperti tari tayuban, doger, jaran kepang.
  5. Adat kebiasaan, seperti gotong royong.
  6. Upacara tradisional, seperti upacara tingkep, turun tanah.
  7. Pesta rakyat tradisioanl seperti bersih desa, selamatan dan sebagainya.
> Foklore Bukan Lisan (Nonverbal Foklore)
Folklore bukan lisan merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan.

Foklore bukan lisan dibagi menjadi dua, yaitu materiil dan nonmateriil
     *  Materiil Meliputi:
  1. Arsitektur bangunan rumah tradisional.
  2. Seni kerajinan tangan tradisional.
  3. Pakaian tradisional
  4. Makanan dan minuman khas daerah.
  5. Alat-alat musik tradisional.
  6. Peralatan dan senjata yang khas tradisional.
  7. Obat-obatan rakyat.  
     *  Nonmateriil Meliputi:
  1. Gerakan isyarat tradisional
  2. Bunyi isyarat misalnya kentungan.
Sumber
  • Sejarah SMA untuk Kelas X, Penerbit Amara
  • Lembar Kerja Siswa, KREATIF, Penerbit Viva Pakarindo

    1 Response to "Jejak - Jejak Sejarah Indonesia dalam Foklor, Mitologi, Legenda, Dongeng, Upacara, dan Nyanyian Rakyat"