Masih ingat kamu dengan materi asal usul nenek moyang bangsa Indonesia? Dari berbagai teori itu tidak ada satupun teori yang dianggap paling benar, pasalnya ilmuwan memiliki data yang terbatas. Sumber utamanya ialah fosil dan artefak manusia pra aksara, yang penafsirannya berbeda-beda antar ilmuwan.
Penelitian tentang kehidupan manusia di Indonesia diawali oleh Eugene Dubois. Eugene Dubois berangkat dari dugaan bahwa manusia purba pasti lebih suka hidup di daerah tropis. Pada tahun 1887, Eugene Dubois berangkat ke Indonesia.
Pada awalnya Eugene Dubois melakukan penelitian di Gua-Gua diwilayah Sumatera Barat. Setelah mendengar temuan fosil tengkorak manusia di Wajak, Tulungagung, Kediri, Jawa Timur ditahun 1889, Eugene Dubois berpindah kegiatannya ke Pulau Jawa.
Dalam penelitiannya Eugene Dubois menemukan fosil atap tengkorak yang diberinama Pithecanthropus Erectus di Trinil pada tahun 1891. Berikut penemuan manusia purba di Indonesia.
1. Meganthropus atau Homo Erectus
Jenis yang pertama pada manusia purba Meganthropus ialah Paleojavanicus. Paleojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar, anthropus berarti manusia dan paleo berarti tertua serta javanicus berarti Jawa. Dari asal kata tesebut dapat disimpulkan bahwa Meganthropus Paleojavanicus ialah manusia besar tertua dari Jawa. Arti ini diambil dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang rahang atas dan rahang bawah lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus.
Fosil ini ditemukan oleh Von Koeningswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941. Saat ini disangiran didirikan museum Purbakala Sangiran. Menurut Von Koeningswald fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus, karena jenis Meganthropus Paleojavanicus yang ditemukan didaerah Sangiran berada pada lapisan pleistosen bawah.
Hasil temuan fosi tersebut berupa tulang bagian bawah dan atas. Ditemukan juga fosil serupa oleh Marks dilapisan pleistosen tengah atau Kabuh pada tahun 1952. Berdasarkan penelitian tulang rahang atas dan tulang rahang bawah, disimpulkan bahwa Menganthropus Paleojavanicus mengkonsumsi jenis makanan berupa tumbuh-tumbuhan. Karena menkonsumsi makanan tanpa melalui proses pemasakan, sehingga gigi rahangnya besar dan kuat.
Manusia Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup pada 2 sampai 1 juta tahun yang lalu. Adapun ciri-ciri Meganthropus Paleojavanicus sebagai berikut:
- Memiliki rahang bawah tebal dan kuat.
- Tubuh tegap.
- Tonjolan tulang pipi yang tebal.
- Tonjolan kening tebal.
- Memiliki otot-otot kuat.
- Termasuk sebagai pemakan tumbuhan dan umbi-umbian.
2. Pithecanthropus
Fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia ialah jenis manusia Pithecanthropus. Pada tahun 1891 di Desa Trinil, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur telah ditemukan fosil manusia purba jenis Pithecanthropus oleh peneliti asal Belanda yaitu Eugene Dubois.
Nama Pithecantropus Erectus diambil dari karakter manusia ini yaitu, Pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti manusia dan erectus yang berarti berjalan tegak. Sehingga Pithecantropus Erectus ialah manusia kera yang berjalan tegak.
Fosil manusia Pithecantropus Erectus ditemukan di Perning, Kedungbrubus, Trinil Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Jenis manusia ini diperkirakan hidup di lembah-lembah atau kaki pegunungan di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur yang pada saat itu daerah ini merupakan padang rumput dengan sedikit pohon.
Secara umum manusia Pithecanthropus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tinggi badan berkisar antara 165-180 cm.
2. Alat pengunyah tidak sekuat manusia Meganthropus Paleojavanicus (Homo Erectus Paleojavanicus)
3. Memiliki tonjolan kening tebal serta melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis.
4. Geraham besar dan rahang kuat.
5. Belum memiliki dagu.
6. Hidung lebar.
7. Kemampuan otak belum seperti Homo
8. Volume otak berkisar antara 750 sampai 1.300 cc
G.H.R von Koeningswald juga menemukan fosil manusia jenis ini di daerah Perning, Kabupaten Mojokerto, Privinsi Jawa Timur pada tahun 1936. Ia menamainya sesuai tempat ditemukan yaitu Pithecanthropus mojokertensis. Fosil manusia ini juga ditemukan di luar negeri seperti di Tiongkok yang kemudian diberi nama Pithecanthropus Pekinensis. Sementara di Eropa yang diberi nama Manusia Piltdown dan Manusia Heidelbergensis.
3. Homo
Selain jenis manusia Megantrhropus dan Pithecanthropus di Indonesia juga ditemukan fosil dari genus Homo seperti Homo Wajakensis, Homo Soloensis dan Homo Floresiensis. Fosil genus Homo pertama kali ditemukan oleh B. D. van Rietshoten pada tahun 1889 di Campurdarat, Jawa Timur. Eugene Dubois juga menemukan fosil berupa tengkorak dan gigi.
Manusia jenis homo memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Volume otak sekitar 1.550 - 1.650 cc
2. Tinggi badan sekitar 170 cm.
3. Bentuk muka lebar dan hidung lebar tapi rata.
4. Ukuran rahang bawah dan gigi besar.
5. Diperkirakan hidung sekitar 11.000 tahun lalu.
Homo Wajakensis
Fosil manusia purba ini ditemukan oleh van Rietschoten di Wajak, Tulungagung pada tahun 1889. Temuan ini kemudian diteliti oleh Dr. Eugene Dubois. Fosil ini diberi nama Homo Wajakensis yang berarti manusia dari Wajak.
Homo Wajakensis termasuk ras yang sulit ditemukan karena memiliki ciri-ciri campuran ras Mongoloid dan Austromelanosoid. Manusia purba ini mulai tinggal di Indonesia sekitar 40.000 tahun yang lalu, atau Kala Pleistosen Akhir.
Homo Soloensis
Homo Soloensis merupakan subspesies dari manusia purba hominid yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Oleh karena itu, manusia purba ini sering juga disebut dengan manusia dari Solo (Solo Man). Spesies ini sudah termasuk kedalam jenis manusia homo erectus atau berdiri tegak.
Para ahli memperkirakan dulunya hominid ini sudah ada di sekitar wilayah Sungai Bengawan Solo purba sejak masa Paleolitikum atau zaman batu. Manusia purba cenderung tinggal di kawasan sekitar sungai, ditandai dengan banyaknya penemuan fosil yang tak jauh dari sungai.
Homo Floresiensis
Selain homo wajakensis, ditemukan juga Homo floresiensis. Homo floresiensis adalah spesies manusia purba berukuran kecil yang mendiami Pulau Flores. Manusia purba ini ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood bersama-sama dengan tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada September 2003.
Homo floresiensis ditemukan di Gua Liang Bua di Flores. Temuan itu kemudian diberi nama Homo floresiensis atau Manusia Liang Bua, sesuai dengan lokasi penemuannya. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak manusia purba yang memiliki bentuk sangat mungil.
Diperkirakan ukuran tubuhnya tidak lebih besar dari anak-anak usia lima tahun. Karena ukurannya yang lebih kecil dari manusia pada umumnya, Homo Floresiensis juga sering mendapat julukan sebagai Hobbit dari Liang Bua. Mereka diduga hidup di Kepulauan Flores pada 18.000 tahun lalu, bersama dengan gajah-gajah pigmi (gajah kerdil) dan kadal-kadal raksasa (komodo).
Sumber
- Sardiman, dkk. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK kelas X. Kementrian Pendidikan Indonesia.
- Ratna Hapsari dan M. Adil. 2022. IPS Sejarah untuk SMA/MA Kelas X. Penerbit Erlangga:Jakarta
- https://arkenas.kemdikbud.go.id dengan judul Penemuan Rangka Manusia Kerdil di akses pada 18 Sepetember 2022
0 Response to "Mengenal Manusia Purba di Indonesia"
Posting Komentar