Kerajaan Majapahit (1293-1500)

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan  Hindu terakhir di Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia, berdiri dari tahun 1293 hingga 1500 M. Daerah kekuasaannya yaitu : Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo, dan Indonesia Timur.

Sementara pendapat lain mengatakan kerajaan Majapahit adalah nama sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya pada 1293. Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389) yang didampingi oleh Patih Gadjah Mada (1331-1364), Kerajaan Majapahit mengalami masa keemasannya.

 Gambar. Candi Bajangratu Trowulan


Untuk berita mengenai Kerajaan Majapahit ini tidak banyak, hanya sedikit sisa-sisa bukti fisik. Kisah Kerajaan Majapahit merunut pada sebuah catatan Kitab Pararaton (Kitab Raja-Raja) yang berbahasa Kawi dan Kitab Negarakertagama yang berbahasa Jawa Kuno. Dalam Kitab Pararaton lebih menceritakan kisah Ken Arok (pendiri Kerajaan Singosari) dan sebagian menceritakan berdirinya Kerajaan Majapahit. Catatan yang sedikit lebih lengkap diceritakan dalam Kitab Kertagama yang ditulis pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Berdirinya Kerajaan Majapahit
Setelah Raja Kertanegara gugur dalam peristiwa penyerangan Raja Jayakatwang (Raja Kediri), berakhirlah riwayat Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara beserta petinggi kerajaan lainnya tewas dalam penyerangan tersebut. Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) segera melarikan diri ke Sumenep, Madura, dan mendapat perlindungan dari Arya Wiraraja, penguasa Sumenep. Raja Jayakatwang sangat menghormati Arya Wiraraja sehingga Raden Wijaya diampuni. Setelah mendapat pengampunan dari Raja Jayakatwang, Raden Wijaya beserta pengikutnya diizinkan untuk membabat hutan Tarik (sekarang menjadi Desa Trowulan, Jawa Timur) untuk dijadikan desa. Disinilah kemudian berdiri pusat Kerajaan Majapahit (Ibid).

Ekspedisi Bangsa Mongol dan Raden Wijava
Sebelum berdiri Kerajaan Majapahit telah ada Kerajaan terkuat di jawa pada waktu itu, yaitu Kerajaan Singosari. Pengaruh Kerajaan Singosari ini mendapat perhatian dari Kubilaikan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Kubilai Khan lantas mengirim utusan bernama Meng Chi ke Singosari untuk menuntut upeti. Raja Singosari terakhir Kertanegara menolak untuk memenuhi tuntutan Kubilai Khan bahkan mempermalukan utusannya dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Akhirnya Kubilai Khan marah dan memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa pada tahun 1293 dengan tujuan utama untuk menghancurkan Kerajaan Singosari. Akantetapi tim ekspedisi bangsa Mongol ini tidak mengetahui bahwa Kerajaan Singosari telah hancur diserang oleh Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri.

Momen ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada Raja Jayatwang. Pasukan Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol berjumlah sekitar 20.000 menyerbu Kerajaan Kediri, dan dalam waktu singkat Kerajaan Kediri hancur serta Raja Jayakatwang terbunuh. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang kabut karena mereka berada di Negeri Asing.

Pemerintahan Raden Wijaya (Sri Kertarajasa Jayawardhana)
Raden Wijaya naik tahta menjadi raja Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana. Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya melakukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengawini empat putri Kertanegara dengan tujuan mencegah terjadinya perebutan kekuasaan antaranggota keluarga raja. Empat putri Kertanegara tersebut: 1) Dyah Sri Tribhuaneswari, 2) Dyah Dewi Narendraduhita, 3) Dyah Dewi Prajnaparamita dan 4) Dyah Dewi Gayatri.

Putri sulung Kertanegara bernama Dyah Sri Tribhuaneswari dijadikan permaisuri. Dan melahirkan anak bernama Jayanegara, dijadikan putra mahkota.  Putri bungsu Kertanegara bernama Dyah Dewi Gayatri dijadikan rajapatni, melahirkan dua orang putri bernama Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardhani diangkat menjadi Bhre Kahuripan dan Rajadewi Maharajasa diangkat menjadi Bhre daha.

Sementara dari dua anak Kertanegara yang dinikahinya tidak memiliki keturunan.

2. Memberi kedudukan dan hadiah yang pantas kepada para pendukungnya, seperti Lurah Kudadu memperoleh tanah di Surabaya dan Arya Wiraraja diberi kekuasaan atas daerah Lumajang dan Blambangan.

Kepemimpinan Raden Wijaya yang cukup bijaksana kerajaan menjadi aman dan tentram. Raden Wijaya Meninggal pada tahun 1309 dan dimakamkan di Sumping (Blitar) sebagai Syiwa dan di Antahpura (dalam kota Majapahit) sebagai Buddha. Arca perwujudannya adalah Harika, yaitu Wisnu dan Syiwa digambarkan dalam satu arca.

Tahta kerajaan diteruskan putranya bernama Jayanegara.

Pemerintahan Jayanegara (1309 - 1328)
Pengganti Raden Wijaya ialah anaknya yang bernama Jayanegara lahir dari Istri Dyah Sri Tribhuaneswari. Jayanegara naik tahta diusia sekitar 15 tahun. Berbeda dari ayahnya, Jayanegara tidak memiliki kecakapan memerintah, sehingga ia mendapat julukan "Kala Gemet" yang berarti lemah dan jahat.

Pada masa kekuasaannya banyak terjadi pemberontakan, seperti:
1. Pemberontakan Ranggalawe tahun 1309
2. Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311
3. Pemberontakan Juru Demung tahun 1313 disusul pemberontakan Gajah Biru.
4. Pemberontakan Nambi pada tahun 1319.
5. Pemberontakan Ra Kuti pada tahun 1319. 

Pada pemberontakan Ra Kuti disebut-sebut sebagai pemberontakan paling berbahaya.
Sumber.
  • Anonim. Kerajaan Majapahit. http://msmunir.batan.go.id/sejarah_kediri/majapahit.html Diakses tanggal 29 April 2012