Sejarah Kekuasaan Spanyol dan Gereja di Filipina

Filipina merdeka secara resmi pada tanggal 4 Juli 1946 dari Amerika Serikat. Sebelum dijajah oleh Amerika Serikat terlebih dahulu dijajah oleh bangsa Spanyol kurang lebih 300 tahun. Selama penjajahan rakyat Filipina telah mengalami kesengsaraan dan ketidak adilan sosial ekonomi. Maka timbul gerakan perlawanan rakyat Filipina terhadap pemerintah kolonial.


Berdasarkan catatan sejarah selama penjajahan Spanyol telah terjadi perlawanan dari rakyat Filipina lebih dari 100 kali. Jika dihitung sama artinya dengan tiap 3 tahun terjadi 1 kali perlawanan.

Latar belakang perlawanan rakyat Filipina dilatari oleh kesadaran bahwa rakyat Filipina selama di bawah kekuasaan Spanyol telah terjadi diskriminasi dan menyadari kebohongan yang terjadi pada ekspedisi-ekspedisi Spanyol yang mengatasnamakan “misi suci”.

Sejarah kedatangan Bangsa Spanyol untuk pertamakali ke wilayah Filipina tercatat pada ekspedisi tahun 1521 di bawah pimpinan Ferdinand Magelhaens. Pada masa awal kedatangan bangsa Spanyol, mereka membawa slogan misi suci untuk menyebarkan agama Kristen Katholik. Padahal slogan itu hanyalah topeng yang disembunyikan oleh Ferdinand Magelhans guna mensukseskan ekspedisinya untuk menguasai dunia.

Ekspedisi Ferdinand Magelhaens sejatinya merupakan ekspedisi yang dibiayai oleh suatu kongsi dagang di Eropa yang didukung oleh pemerintah Spanyol. Ferdinand Magelhaens sendiri merupakan orang portugis yang bekerja untuk kongsi dagang itu.

Untuk menyamarkan tujuan utama mereka, maka pemerintah Spanyol mengirimkan ribuan pendeta Katholik ke Filipina. Selain menyebarkan agama Katholik pihak gereja juga bergerak dibidang pendidikan dan sosial, yaitu mendirikan rumah sakit. Perlahan dan pasti pihak gereja akhirnya diberi suatu kewenangan untuk menguasai tanah-tanah. Ketika terjadi perubahan politik ekonomi dunia dimana Spanyol tidak lagi menjadi kekuatan ekonomi dan perdagangan dunia, maka banyak golongan pendeta yang lebih mementingkan kepentingan duniawi daripada tugas keagamaanya. Mereka golongan pendeta Katholik berlomba-lomba untuk memiliki tanah yang luas di Filipina, hingga akhirnya golongan pendeta banyak yang menjadi tuan tanah. Mereka seenaknya mengambil tanah-tanah milik rakyat Filipina.

Para pemimpin negara kolonial tidak mengabil suatu tindakan yang berarti untuk menghentikan aksi penjarahan tanah-tanah yang dilakukkan oleh golongan gereja (pendeta) itu, sebab para pemimpin negara kolonial berada dibawah pengaruh gereja. Disetiap kebaktian apabila ada anggota pemimpin negara yang bertolak pendapat dengan golongan gereja, maka para Pendeta tidak akan memberikan pengampunan dosa.

Sejak saat itu banyak lembaga-lembaga gereja dan pemerintah negara tidak terpisahkan disetiap kekuasaan Spanyol di Filipina.

Sumber Rujukan;
  • Mangandaralam, Syahbuddin. 1988. Mengenal dari Dekat FILIPINA Tanah Air Patriot Pujangga Jose Rizal. Remadja Karya. Bandung
Anda membaca tulisan sejarah kekuasaan Spanyol dan Gereja di Filipina. Untuk menyalin tulisan ini klik disini.

0 Response to "Sejarah Kekuasaan Spanyol dan Gereja di Filipina"

Posting Komentar