Materi Zaman Megalitikum; Sistem Kepercayaan Manusia pada Masa Pra Aksara

Seiring dengan perkembangan kemampuan berpikir, manusia pra aksara mulai mengenal adanya kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan yang ada dari luar dirinya. Adanya kepercayaan bahwa ada kekuatan dari luar dirinya mendorong manusia pra aksara mendekatkan diri dengan kekuatan itu.

Manusia pra aksara mulai mengadakan berbagai upacara-upacara, berupa upacara pemujaan, upacara kematian ataupun upacara ritual lainnya. Hal ini dibuktikan dari hasil peninggalan manusia pra aksara yang berhasil ditemukan, seperti lukisan pada dinding goa-goa yang ada di Sulawesi Selatan.

Berbagai upacara kepercayaan yang awalnya hanya berkaitan dengan leluhur, kemudian berkembang berkaitan dengan mata pencarian. Seperti halnya sedekah laut, yang banyak berkembang dikalangan para nelayan. Tujuan mungkin semacam keselamatan apabila akan berlayar jauh, atau saat memulai pembuatan perahu. Hingga akhirnya sistem kepercayaan nenek moyang ini masih dapat kita jumpai dibeberapa daerah.

Berikut ini kita akan menelaah bagaimana sistem kepercayaan manusia zaman pra aksara, yang menjadi nenek moyang kita.

1. Animisme
Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Manusia pra aksara percaya bahwa roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan yang ada di dunia. Sehingga agar tidak diganggu oleh roh jahat, mereka mengadakan sesajian terhadap roh-roh tersebut.

2. Dinamisme
Dinamisme merupakan kepercayaan kepada sesuatu benda yang dipercayai memiliki tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap manusia. Dengan adanya benda-benda yang memiliki kekuatan tersebut diyakini dapat menolong mereka. Kekuatan itu umumnya terdapat pada benda-benda, seperti; keris, patung, pohon, tombak, dll. Sehingga dilakukanlah ritual untuk mendapatkan kekuatan dari benda-benda tersebut.

3. Totemisme
Berkembang pula pada masa manusia pra aksara yang disebut dengan Totemisme. Kepercayaaan Totemisme ialah kepercayaan terhadap hewan tertentu yang dianggap suci dan memiliki kekuatan. Adapun hewan yang dianggap suci ialah ular, sapi, harimau, dll. 

Adajuga hewan yang dianggap suci berasal dari seseorang yang memimpikannya. Sehingga orang yang memimpikan binatang tertentu patang makan daging hewan itu atau membunuhnya.

Dengan adanya kegiatan upacara tersebut mereka mendirikan batu-batu besar sehingga masa ini melahirkan tradisi megalitik atau zaman batu besar. Perwujudan kepercayaan itu menghasilkan suatu karya seni yang indah, seperti:

Menhir
Menhir merupakan tugu batu yang utuh maupun yang sudah diubah bentuknya yang diletakkan pada posisi berdiri tegak di atas tanah baik yang disusun secara tunggal (monolith) ataupun secara berkelompok (biasanya membentuk pola; lingkaran, persegi empat, bujur sangkar). Menhir digunakan sebagai media untuk penghormatan, menampung kedatangan roh, dan sekaligus sebagai lambang mereka yang sudah mati.

Istilah Menhir berasal dari bahasa Inggris lama (Breton language); Maen artinya batu dan hir berarti panjang. Ukuran Menhir sangat bervariasi, seperti di sekitar Mangkik (Jawa Tengah) menhir yang terkecil memiliki ukuran lebih kurang 0,40 meter.
Gambar. Menhir yang terletak di Limapuluh Koto, Sumatera Barat
Sumber. 4.bp.blogspot.com/-ksjsIss09M/s1600/menhir.jpg

Di Indonesia Menhir banyak ditemukan di wilayah Bali, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan daerah-daerah lainnya.

Dolmen
Dolmen ialah meja yang terbuat dari batu untuk meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Dolmen banyak ditemukan di Asia, Afrika dan Eropa.
Gambar. Dolmen 
Sumber. https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/f910ce1348cc47f074--county-clare-ancient-ruins.jpg

Sarkofagus
Sarkofagus adalah batu besar yang dipahat yang berbentuk seperti lesung, terdiri dari dua keping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi untuk tempat menguburkan mayat.
Gambar. Sarkofagus Raja Sidabutar di Tomok, Samosir
Sumber. Dokumentasi Pribadi 

Punden Berundak
Gambar. Bangunan Punden Berundak
Sumber. http://1.bp.blogspot.com/-Ek81LKQeyQ4/UcAVDoB/rtpcHGH0rmM/s1600/2.jpg

Punden berundak ialah bangunan berupa susunan batu berundak. Biasanya jumlah susunannya ada 3 tingkatan. Susunan tiga ini memiliki makna tersendiri yaitu tingkat pertama melambangkan kehidupan manusia berada dalam kandungan ibu, kedua melambangkan kehidupan di dunia dan yang tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah meninggal. Bangunan Punden Berundak digunakan untuk upacara pemujaan kepada roh arwah nenek moyang.

Sebagai budaya asli buatan nenek moyang Indonesia, punden berundak tetap dipertahankan keberadaanya oleh nenek moyang kita. Meskipun saat agama Hindu-Budha datang membawa paham ke-Tuhanan yang berbeda, punden berundak masih tetap digunakan dalam pembangunan tempat ibadah berupa candi seperti Candi Borobudur.

Waruga
Waruga merupakan kubur batu yang berbentuk kubus, terbuat dari batu utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi.
Gambar. Waruga di Sulawesi
Sumber. 3.bp.blogspot.com/-wxzkdf4mr5m/cls/s1600/waruga.jpg

Hasil dari peninggalan kebudayaan leluhur nenek moyang kita merupakan aset yang berharga nilainya, untuk itu merupakan kewajiban kita sebagai penerus generasi untuk melestarikannya. 

Salam Jas Merah! oOo

0 Response to "Materi Zaman Megalitikum; Sistem Kepercayaan Manusia pada Masa Pra Aksara"

Posting Komentar