Panjat Pinang Warisan Kolonial Belanda?

Perlombaan Panjat Pinang merupakan kegiatan memanjat batang pinang yang sudah dilumasi, biasanya dengan oli atau margarin, dan pada atas batang pinang telah disediakan berbagai macam hadiah menarik. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan pada Hari Kemerdekaan Indonesia. Perlombaan panjat Pinang memiliki banyak cerita, ada yang pro dan ada yang kontra akan tradisi ini.
Gambar. Perlombaan Panjat Pinang
Sumber. Suarabanten.com/media/uploads/2015/05/panjat_pinang.jpg

Perlombaan Panjat Pinang awalnya berasal dari zaman kolonial Belanda. Kegiatan ini diadakan oleh orang Belanda yang sedang melaksanakan acara besar, seperti hajatan dan pernikahan. Tidak hanya itu, bahkan perlombaan panjat pinang juga dijadikan sebagai peringatan atau perayaan hari ulang tahun Ratu Belanda. Peserta perlombaan panjat pinang ialah orang – orang pribumi dan hadiah yang diperebutkan umumnya berupa bahan makanan pokok, seperti; beras, roti, dan pakaian.

Dikalangan Pribumi hadiah-hadiah itu merupakan barang yang sangat istimewa mewah. Mengingat saat itu orang pribumi merupakan orang yang diajajah oleh Belanda. Sambil tertawa-tawa orang Belanda menonton perlombaan panjat pinang yang lakukan oleh orang Pribumi, yang bersusah payah memperebutkan hadiah itu.

Mengetahui asal usul perlombaan panjat pinang maka tidak sedikit yang memandang negatif terhadap tradisi lomba panjat pinang, sebab, dianggap sebagai warisan kolonial Belanda. Lomba panjat pinang juga dianggap kegiatan yang tidak mendidik serta tidak sesuai dengan semangat kemerdekaan, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya yaitu mengingatkan kita terhadap kolonial Belanda.

Namun, disisi lain, beberapa pihak ada yang tidak mempermasalahkan tradisi lomba panjat pinang ini. Walupun, asal usul lahirnya lomba panjat pinang buruk, lomba panjat pinang dipandang dapat menjadi simbol untuk mengenang  sejarah serta semangat melawan bentuk kolonial. Bahkan banyak pula beberapa pihak yang memaknai lomba panjat pinang adalah wadah atau sarana edukasi untuk membangun suatu kerjasama yang solid.

Terlepas dari pandangan yang pro dan kontra, kita tetap harus menjaga semangat kemerdekaan. Kemerdekaan yang telah diraih itu merupakan perjuangan yang  penuh pengorbanan.

Salam Jas Merah!

Daftar Referensi:
  • Sejarah RI. Indonesia Poenja Tjerita. Penerbit Bintang Pustaka. Hal. 46

oOo

0 Response to "Panjat Pinang Warisan Kolonial Belanda?"

Posting Komentar