Sejarah Perundingan Roem - Royen

Setelah pembacaan naskah proklamasi oleh Soekarno sebagai pernyataan bangsa Indonesia merdeka. Ternyata bangsa Indonesia masih tetap harus berusaha keras menentang kekuasaan yang akan kemabi menjajah bangsa Indonesia, sebab Belanda kembali berkeinginan untuk menjajah Indonesia.

Para tokoh bangsa Indonesia menempuh berbagai cara untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari upaya Belanda menjajah Indonesia kembali.

Mulai dari cara perjuangan senjata sampai dengan cara berdiplomasi. Para tokoh bangsa dari kalangan sipil menempuh jalan diplomasi. Salah satunya ialah perundingan Roem Royen.

Sebelum perundingan Roem Royen dilaksanakan, sebenarnya negara kita telah melaksanakan perundingan dua kali jalur diplomasi, yakni perjanjian Linggarjati pada tahun 1946 dan Perjanjian Renville pada tahun 1949.

Namun kedua perjanjian itu dikhianati oleh Belanda. Terakhir Belanda mengkhianati perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan melancarkan serangan Ibu Kota Negara Indonesia di Yogyakarta.

Ibu Kota Yogyakarta berhasil diduduki oleh Belanda serta pemimpin negara seperti Presiden dan Wakil Presiden serta beberapa menteri di tawan Belanda.

Pihak Belanda melakukan propaganda menyebarkan bahwa negara Indonesia sudah tidak ada, pemimpinnya berhasil ditangkap serta Tentaranya sudah hancur.

Propaganda Belanda itu akhirnya dijawab dengan kehadiran Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi. Melalui PDRI perjuangan mempertahankan kemerdekaan terus berlangsung.

Baca juga:

Dewan Keamanan PBB juga mengecap aksi Belanda itu dan mengeluarkan resolusi untuk melakukan perundingan dengan pihak Indonesia.

Perjanjian ini dikenal dengan perundingan Roem Royen yang diambil dari dua perwakilan nama tokoh yang menjadi pemimpin delegasi dua belah pihak, yakni Indonesia dan Belanda. 

Saat itu, Indonesia diwakilkan oleh Mohamad Roem sebagai pimpinan delegasinya, sedangkan Belanda mengirimkan Herman van Roijen sebagai delegasi untuk perundingan tersebut.
Gambar. Suasana Perundingan Roem Royen

Perundingan Roem Royen dilaksanakan di Hotel Des Indes, Jakarta pada tanggal 7 Mei 1949. Tujuan perundingan ini dimaksudkan menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia secara diplomasi sebelum dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar pada tahun yang sama di Den Haag.

Perundingan Roem Royen akhirnya berhasil dilaksanakan atas prakarsa dari Komisi PBB untuk Indonesia yang disebut dengan United Nations Commission for Indonesia (UNCI). 

Selain Mohamad Roem yang terlibat dalam perundingan tersebut, turut ikut serta juga beberapa tokoh nasional dalam perundingan di Hotel Des Indes, Jakarta tersebut. Tokoh nasional sebagai delegasi Indonesia pada pertemuan tersebut, antara lain Ali Sastroamidjojo, Supomo, A.K. Pringgodigdo, Johannes Latuharhary, Ir. Juanda, dan Johannes Leimena. Selain itu, dihadirkan juga secara tiba-tiba Mohammad Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta.

Sedangkan di sisi pihak Belanda, mereka mengirimkan delegasi, yang terdiri dari Dr. J. Herman van Roijen, dr. Van, Blom, dr. Gede, Jacob, Dr. P.J. Koets, Dr. Dieben, dan van Hoogstraten Dan. Di sisi lain, UNCI dipimpin oleh Merle Cochran yang datang dari Amerika Serikat dan dibantu oleh Herremans dari Belgia serta Critchley dari Australia sebagai bagian dari Komisi Tiga Negara.

Hasil Perundingan Roem Royen

Peeundingan yang dilaksanakan di Hotel Des Indes, Jakarta berlangsung sangat alot. Namun akhirnya mencapai titik kesepakatan pada tanggal 7 Mei 1949 sebagai berikut:

- Belanda akan menghentikan semua aktivitas dan kegiatan militer serta membebaskan semua tahanan politik dan perang Indonesia tanpa syarat.

– Belanda akan menyerahkan kedaulatan pemerintah Republik Indonesia secara utuh dan tanpa syarat.

– Pemerintah Belanda dan Pemerintah Indonesia akan bersama-sama mendirikan persekutuan atas dasar persamaan hak dan sukarela.

– Belanda akan menyetujui keberadaan Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.

– Belanda akan mengembalikan kegiatan pemerintahan Republik Indonesia ke kota Yogyakarta sebagai ibu kota negara sementara.

– Angkatan perang dan angkatan bersenjata Republik Indonesia akan menghentikan seluruh aktivitas perang gerilyanya.

– Indonesia dan Belanda sepakat untuk hadir dalam perundingan selanjutnya, yakni Konferensi Meja Bundar yang akan dilaksanakan di Den Haag, Belanda.

Demikianlah sejarah perundingan Roem Royen. Semoga bermanfaat.

0 Response to "Sejarah Perundingan Roem - Royen"

Posting Komentar