zmedia

Bung Tomo dan Jalan Panjang Pengabdian Seorang Pejuang Bangsa

 

Bung Tomo bersama istrinya, Ny. Sulistiana, merupakan sosok penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Foto keduanya pada tahun 1946 merekam masa ketika Bung Tomo dikenal luas sebagai Pahlawan Perang Surabaya, tokoh yang membakar semangat rakyat melalui pidato-pidato heroiknya dalam peristiwa 10 November 1945. Suaranya yang lantang dan penuh keyakinan menjadi simbol perlawanan rakyat Surabaya terhadap kembalinya kekuatan kolonial, sekaligus menegaskan tekad bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.

Namun, perjalanan hidup Bung Tomo tidak selalu berjalan mulus setelah Indonesia merdeka. Pada masa Orde Baru, ia pernah mengalami tekanan politik yang cukup berat. Pada tahun 1978, Bung Tomo dipenjarakan selama sekitar satu tahun dengan tuduhan subversif. Hal ini terjadi setelah ia secara terbuka mengkritik pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang menurutnya tidak sejalan dengan kondisi ekonomi rakyat kecil saat itu. Sikap kritis Bung Tomo menunjukkan konsistensinya sebagai pejuang moral yang berani menyuarakan keadilan, meskipun harus berhadapan dengan kekuasaan.

Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 saat sedang menunaikan ibadah haji di Arafah, Tanah Suci. Jenazahnya kemudian diterbangkan ke Surabaya dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya, sesuai dengan wasiatnya. Pengakuan negara atas jasa-jasanya baru diberikan secara resmi pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada peringatan Hari Pahlawan tahun 2008 di Istana Merdeka, Bung Tomo dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional, menegaskan kembali perannya yang besar dalam sejarah perjuangan Indonesia.


Posting Komentar untuk "Bung Tomo dan Jalan Panjang Pengabdian Seorang Pejuang Bangsa"