Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Bag. 1

Kolonialisme adalah penguasaan dan pendudukan atas suatu wilayah negara oleh negara lain. Daerah koloni sama artinya dengan negeri jajahan. Pemerintah kolonial adalah pemerintah penjajahan.

Imperialisme adalah nafsu untuk memperluas wilayah dengan menguasai negara lain. Berdasarkan perkembangannya paham imperialisme dapat dibedakan menjadi dua, yaitu imperiaiismen kuno dan imperialisme modern.

Imperialisme kuno disebut juga imperialisme perdagangan. Tujuannya untuk menguasai perdagangan atas suatu wilayah dengan cara monopoli dan paksaan. Imperialisme kuno didukung semangat gold, gospel, glory. Kegiatan Portugis dan VOC termasuk imperialisme perdagangan, yaitu menguasai perdagangan dengan aturan monopoli dan paksaan. Imperialisme modern bertujuan memperluas daerah jajahan untuk dimanfaatkan sebagai daerah penanaman modal (kapital), sebagai daerah pasar hasil industri, dan sebagai daerah sumber tenaga buruh yang murah. Imperialisme modern berkembang di dunia sejak abad ke-19. Imperialisme dimulai sekitar pertengahan abad ke-16. Ketika itu negara-negara Eropa, yang dipelopori Portugis dan Spanyol, bernafsu mencari daerah jajahan untuk menggali kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan sebagai lambang kejayaan.

Pada tahun 1511 Portugis merebut Malaka yang disusul kedatangan mereka ke Maluku tahun 1512. Di Banda mereka membeli cengkih, pala, fuli. Setelah itu mereka kembali ke Malaka. Pelayaran pertama ini disusul dengan pelayaran-pelayaran berikutnya. Terjadilah hubungan dagang antara Portugis dan raja Ternate. Akhirnya, Portugis  mendirikan benteng di Temate, untuk melindungi Ternate dari musuh. Pendirian benteng ini harus diimbangi dengan hak monopoli perdagangan cengkih. Rakyat Ternate tertekan, karena mereka tidak dapat menjual cengkih secara bebas. Sementara harga cengkih yang ditetapkan Portugis sangat rendah.

Portugis yang semula sahabat Ternate berubah menjadi pemeras dan musuh rakyat Ternate. Pada tahun 1521 tibalah orang Spanyol di Maluku. Mereka dalam pelayaran kembali ke Spanyol dari Filipina. Di Maluku mereka singgah di Tidore, Bacan, dan Jailolo. Di
tempat itu orang Spanyol diterima dengan baik oleh penduduk setempat. Kedatangan pertama ini disusul dengan kedatangan berikutnya. Terjadilah persaingan dagang antara Spanyol dan Portugis. Kedua bangsa yang bermusuhan itu akhimya membuat  Thordesilas (1534) yang membagi wilayah perdagangan. Spanyol ditetapkan beroperasi di Filipina, sedangkan Portugis berdagang di Maluku.

Kepergian Spanyol dari Maluku membuat Portugis lebih leluasa beroperasi di Maluku. Setelah mempunyai kedudukan di Maluku Portugis mengincar Sumatera yang kaya akan lada. Di Sumatera mereka tidak berhasil memperoleh hak monopoli, bahkan berdagang biasa pun tidak mendapat kesempatan. Kehadiran Portugis di Sumatera mendapat tentangan terutama dari Kerajaan Aceh. Di Jawa Portugis hanya dapat berdagang di Pasuruan dan Blambangan. Di daerah lainnya Portugis tidak dapat berdagang, sebab sebagian besar Jawa dikuasai Demak. Di daerah Indonesia lainnya Portugis hanya dapat menetap di Timor, sementara kedudukan di Ternate mulai goyah. Monopoli perdagangan dan penyebaran agama Nasrani yang dilakukan Portugis di Maluku ditentang keras rakyat Ternate. Portugis memaksakan kekuasaan di Ternate, Tidore, Jailolo. Hal ini menimbulkan perlawanan rakyat. Portugis tidak berhasil menguasai kerajaan-kerajaan yang memiliki pelabuhan perdagangan rempah-rempah. Kedudukan Portugis terus terdesak.
Tugiyono, KS, Dkk. Pengetahuan Sosial Sejarah. Penerbit Grasindo

0 Response to "Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Bag. 1"

Posting Komentar