Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Bag. 2

Praktek Penjajahan VOC 
Untuk menghindari persaingan di antara sesama pedagang Belanda, pada tahun 1602 didirikan Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Orang Indonesia menyebutnya Kompeni. Agar kegiatannya lebih lancar VOC mengangkat seorang pemimpin dengan pangkat gubernur jenderal. Yang pertama adalah Pieter Both. VOC berusaha menguasai kerajaan dan pelabuhan penting di Indonesia, serta memaksakan monopoli perdagangan rempah-rempah. Kota pelabuhan Jayakarta menjadi incaran pertama VOC. Ketika itu Jayakarta di bawah kekuasaan kaerajan Banten. Sultan Banten mengangkat Pangeran Wijayakrama sebagai adipati di Jayakarta. VOC mendapat izin dari Pangeran Wijayakrama untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta.

Gubemur jenderal JP Coen menyerang Pangeran Jayawücrama. Jayakarta direbut dan dibakar. Di atas reruntuhan Jayakarta itulah JP Coen membangun kota Batavia pada tahun 1619. Batavia inilah yang menjadi pusat VOC. Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah VOC memaksakan manopoli terutama di Maluku. VOC lalu menerapkan beberapa peraturan, seperti:
a. Rakyat Maluku dilarang menjual rempah-rempah, selain kepada VOC.
b. jumlah tanaman rempah-rempah ditentukan VOC.
c. Tempat menanam rempah-rempah ditentukan VOC.
 
Agar pelaksanaan itu benar-benar ditaati rakyat VOC mengadakan Pelayaran Hongi.
Pelayaran ini ialah patroli dengan perahu kora-kora yang dilengkapi senjata untuk mengawasi pelaksanaan monopoli di Maluku.
Pelanggaran atas aturan ini dijatuhi hukuman ekstirpasi berupa pembinasaan tanaman rempah-rempah milik petani atau pemiliknya disiksa dan dibunuh. Kejayaan VOC terjadi pada abad ke-18. Kerajaan-kerajaan di Indonesia banyak yang dikuasai. Tinggal kerajaan Aceh di Sumatera yang belum dikuasai. Walaupun demikian VOC mempunyai kelemahan, seperti kesulitan keuangan. Kas VOC kosong, bahkan hutangnya bertumpuk. Masalah ini terjadi karena:
a. VOC banyak mengeluarkan uang untuk biaya perang melawan rakyat.
b. Kekuasaan VOC semakin luas, pegawainya bertambah banyak, membutuhkan biaya
pemerintahan yang banyak pula.
c. Pembesar VOC melakukan korupsi.
 
Walaupun kerajaan-kerajaan yang dikuasai diharuskan menyerahkan hasil bumi, tetapi masalah keuangan tetap tidak teratasi.
Antara tahun 1600-1700 strategi VOC adalah menguasai pusat-pusat perdangangan Nusantara, Ambon, Banda, Batavia, Pariaman, Malaka, dan Makasar
Tugiyono, KS, Dkk. Pengetahuan Sosial Sejarah. Penerbit Grasindo

1 Response to "Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Bag. 2"