Pada pertengahan abad ke-8 di Pulau Jawa berdiri kerajaan baru yang dinamakan dengan Kerajaan Mataram Kuno atau disebut juga dengan kerajaan Medang. Kerajaan ini memiliki 2 periode pemerintahan, periode pertama berada di Jawa Tengah dan periode kedua berpindah ke Jawa Timur pada abad ke 10.
Gambar Daerah Kerajaan Mataram Kuno Periode Jawa Tengah dan Jawa Timur
Sumber gambar. Upload.wikimedia.org/commons/2/28/medang_kingdom_id.svg
Pusat kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di Medang dan Poh Pitu. Untuk wilayah Poh Pitu sendiri sampai saat ini belum jelas dimana tempatnya. Lokasi kerajaan Mataram dapat diterangkan berada di sekeliling pegunungan, dan sungai-sungai. Di sebelah Utara terdapat Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro, sebelah Barat terdapat pegunungan Serayu, di sebelah Timur terdapat Gunung Lawu, serta di sebelah Selatan berdekatan dengan Laut Selatan dan pegunungan Seribu. Sungai-sungai yang ada, misalnya Sungai Bogowonto, Elo, Progo, Opak, dan Bengawan Solo. Letak Poh Pitu mungkin bisa saja berada diantara Kedu sampai sekitar Prambanan.
Sumber gambar. Upload.wikimedia.org/commons/2/28/medang_kingdom_id.svg
Pusat kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di Medang dan Poh Pitu. Untuk wilayah Poh Pitu sendiri sampai saat ini belum jelas dimana tempatnya. Lokasi kerajaan Mataram dapat diterangkan berada di sekeliling pegunungan, dan sungai-sungai. Di sebelah Utara terdapat Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro, sebelah Barat terdapat pegunungan Serayu, di sebelah Timur terdapat Gunung Lawu, serta di sebelah Selatan berdekatan dengan Laut Selatan dan pegunungan Seribu. Sungai-sungai yang ada, misalnya Sungai Bogowonto, Elo, Progo, Opak, dan Bengawan Solo. Letak Poh Pitu mungkin bisa saja berada diantara Kedu sampai sekitar Prambanan.
Sumber Kerajaan Mataram Kuno
Keberadaan kerajaan Mataram Kuno dapat dijumpai dari beberapa prasasti yang berhasil ditemukan. Beberapa prasasti yang berhasil ditemukan berkaitan dengan kerajaan Mataram Kuno ialah; Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Klura, Prasasti Kedu atau Balitung. Selain dari prasasti kabar mengenai kerajaan Mataram Kuno juga dapat diperoleh dari berita Cina.
Gambar Prasasti Kedu yang Menceritakan Silsilah Raja Mataram Kuno
Sumber. Bp.blogspot.com/skri8srfkf/049fkf/kedu.jpg
Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno
Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa seorang raja telah berkuasa bernama Sanna, yaitu raja dari kerajaan Kalingga / Holing. Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya ialah putra dari Sanaha yaitu saudara perempuan dari Sanna.
Sumber. Bp.blogspot.com/skri8srfkf/049fkf/kedu.jpg
Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno
Sebelum Sanjaya berkuasa di Mataram Kuno, di Jawa seorang raja telah berkuasa bernama Sanna, yaitu raja dari kerajaan Kalingga / Holing. Menurut prasasti Canggal yang berangka tahun 732 M, diterangkan bahwa Raja Sanna telah digantikan oleh Sanjaya. Raja Sanjaya ialah putra dari Sanaha yaitu saudara perempuan dari Sanna.
Sanjaya memerintah kerajaan Mataram Kuno pada tahun 717 – 780 M. Ia melanjutkan kekuasaan Sanna. Sanjaya banyak melakukan penaklukan terhadap raja-raja kecil bekas bawahan Sanna yang melepaskan diri. Atas keberhasilannya dalam menaklukkan raja-raja kecil di sekitarnya yang dahulu mengakui kemaharajaan Sanna, raja Sanjaya pada tahun 732 M mendirikan bangunan suci sebagai tempat pemujaan di atas Gunung Wukir (Bukit Stirangga).
Raja Sanjaya dalam memerintah sangat mementingkan kepentingan rakyat, bersikap arif dan adil serta memiliki pengetahuan yang luas. Sehingga negara dalam keadaan aman dan tenteram, rakyat hidup makmur.
Setelah Sanjaya wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Rakai Panangkaran. Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Budha. Menurut prasasti Kalasan, raja Panangkaran telah memberikan hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta agama Budha. Tanah dan bangunan tersebut terletak di Kalasan.
Prasasti Kalasan juga merangkan bahwa Rakai Panangkaran disebut dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran juga memindahkan pusat pemerintahannya ke arah Timur.
Raja Rakai Panangkaran dikenal oleh musuhnya sebagai raja yang gagah berani. Di bawah kekuasaan Rakai Panangkaran luas kekuasaanya semakin bertambah luas. Dibidang keagamaan juga berkembang pesat, Rakai Panangkaran banyak memerintahkan untuk membangun bangunan suci, seperti Candi Kalasan dan arca Manjusri.
Setelah Rakai Panangkaran mangkat, terjadi konflik antara kerabat (Syailendra) di kerajaan. Perpecahan ini terjadi antara anggota keluarga yang memeluk agama Budha dengan keluarga yang masih memeluk agama Hindu (Syiwa). Akibat konflik ini, kerajaan Mataram Kuno terbagi menjadi dua kekuasaan. Kelompok keluarga yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian Utara. Sedangkan keluarga yang menganut agama Budha berkuasa di daerah Jawa bagian Selatan.
Keluarga Syailendra yang berkuasa di bagian Utara meninggalkan berbagai bagunan Candi seperti; Candi-candi kompleks Pegunungan Dieng (candi Dieng) dan kompleks candi Gedongsongo. Kompleks candi Dieng memakai nama-nama tokoh wayang seperti candi Bima, Puntadewa, Arjuna, dan Semar.
Sementara keluarga Syailendra yang berkuasa dibagian Selatan meninggalkan candi-candi seperti, candi Ngawen, Mendut, Pawon dan Borobudur.
Perpecahan keluarga Syailendra tidak berlangsung lama. Keluarga itu berhasil bersatu kembali. Hal ini ditandai dengan perkawinan antara Rakai Pikatan keluarga yang beragama Hindu dengan Pramudawardani, putri dari Samaratungga. Perkawinan terjadi pada tahun 832 M. Setelah itu Dinasti Syailendra bersatu kembali di bawah pemerintahan raja Rakai Pikatan.
Keharmonisan di lingkungan kerajaan terganggu pasca wafatnya Samaratungga, Balaputradewa yang merupakan anak Samaratungga dengan Dewi Tara menunjukkan sikap menentang atas kepemimpinan Rakai Pikatan. Antaran Rakai Pikatan dengan Balaputradewa akhirnya terjadi peperangan untuk merebutkan kekuasaan. Dalam perang ini Balaputradewa mengalami kekalahan, sehingga ia melarikan diri ke Sriwijaya dan kemudian menjadi raja di Sriwijaya.
- Baca Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Di bawah kekuasaan Rakai Pikatan kerajaan Mataram Kuno wilayahnya semakin luas dan kehidupan rakyatnya juga sangat sejahtera. Rakai Pikatan mengakhiri kekuasaanya pada tahun 856 dan digantikan oleh Kayuwangi atau dikenal dengan Dyah Lokapala. Selanjutnya, Kayuwangi digantikan oleh Dyah Balitung. Pada masa Dyah Balitung ini Mataram Kuno mencapai banyak kemajuan diberbagai bidang-bidang seperti bidang politi, ekonomi, pemerintahan, agama dan kebudayaan. Candi Prambanan yang begitu megah juga dibangun pada masa pemerintahan Dyah Balitung.
Setelah pemerintahan Dyah Balitung berakhir, kerajaan Mataram mulai mengalami kemunduran. Raja yang memerintah setelah Dyah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Kemunduran Mataram disebabkan beberapa hal yaitu adanya bencana alam gunung berapi dan ancaman dari serangan kerajaan Sriwijaya.
Pada abad ke 10 pusat pemerintahan Mataram dipindahkan oleh Mpu Sindok ke Daha (Jawa Timur) dan membentuk dinasti baru yang dinamakan dengan Dinasti Isyana. Pemindahan pusat pemerintahan ini disebabkan oleh pertentangan di antara keluarga Mataram. Selain itu adanya letusan gunung merapi yang menimpa kerajaan Mataram.
Pusat pemerintahan Dinasti Isyana terletak di Tamwlang, diperkirakan dekat Jombang. Kekuasaan dinasti Isyana meliputi daerah Jawa bagian Timur, Jawa bagian Tengah dan Bali.
Setelah Mpu sindok meninggal, kekuasaanya diteruskan oleh anak perempuanya yang bernama Sri Isyanatunggawijaya dan menikah dengan Sri Lokapala. Dari pernikahan ini lahirlah putra yang bernama Makutawangsawardana. Selanjutnya Makutawangsawardana menggantikan Ibunya memerintah kerajaan Mataram Kuno. Setelah Makutawangsawardana kekuasaan dilanjutkan oleh Dharmawangsa. Semasa Dharmawangsa, kitab Mahabrata berhasil disadur kedalam bahasa Jawa Kuno.
Airlangga kemudian melanjutkan estafet kepemimpinan di Mataram. Masa pemerintahan Airlangga banyak mengalami kemajuan, Airlangga memulihkan hubungan baik dengan kerajaan Sriwijaya seperti ketika Sriwijaya mendapat serangan dari Colamandala dari India Selatan.
Berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno
Berakhirnya kerajaan Mataram Kuno disebabkan oleh konflik saudara diantara kedua putra raja Airlangga yang lahir dari selir. Hingga akhirnya Airlangga memerintahkan untuk membagi dua kerajaan guna mencegah terjadinya perang saudara. Kerajaan Jenggala berada disebelah Timur dan diberikan kepada putra sulungnya yang bernama Garasakan dengan ibu kotanya di Kahuripan, dan kerajaan Panjalu (Kediri) yang terletak disebelah Barat dan diberikan kepada putra bungsunya yang bernama Samarawijaya dengan ibu kota di Kediri (Daha). Kekuasaan Panjalu meliputi wilayah sekitar Kediri dan Madiun.
Pembagian kekuasaan yang bertujuan untuk menghindari perang saudara ternyata menjadi kenyataan.
Referensi Bahan Ajar
- Kemendikbud. 2014. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Semester 1. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia: Jakarta
oOo
0 Response to "Sejarah Kerajaan Mataram Kuno"
Posting Komentar