Konferensi Malino adalah sebuah konferensi yang berlangsung pada tanggal 15 Juli - 25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan dengan tujuan membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost).
Setelah Jepang kalah dan Inggris hendak pulang, sejumlah wilayah di Indonesia seperti Kepulauan Riau, Bangka-Belitung, Kalimantan, dan Timur Besar (meliputi Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Bali, dan sekitarnya) diserahkan kepada Belanda.
Sumber. tribunnewswiki.com
Untuk Kalimantan dan Timur Besar, Letnan Gubernur Jenderal Hubertus van Mook telah menyiapkan keputusan tertanggal 8 Juli 1946 nomor 4, yang menyinggung ketatanegaraan daerah-daerah tersebut.
Baca Juga:
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada 14 Juli 1946, van Mook menuju ke Makassar yang telah menjadi Markas Besar NICA. Esoknya, ia harus hadir di Lapangan Karebosi, Makassar, dalam acara timbang terima sejumlah wilayah dari Inggris.
Mendiang sejarawan Merle Calvin Ricklefs, dalam buku "A History of Modern Indonesia Since c. 1300" (Mac Millan, 2008), menulis bahwa Belanda mendirikan organisasi semi-militer bernama Nedelandsch Indie Civiele Administratie (NICA). NICA bertugas memulihkan pemerintahan sipil kolonial Belanda sebelum Perang Dunia II, baik administrasi sipil dan peraturan perundang-undangan, selepas penyerahan kekuasaan Jepang.
Ricklefs turut menjelaskan bahwa NICA, yang mendapat dukungan personel tentara dari Australia, berusaha menyalip usaha kaum Republikan mendirikan sebuah administrasi pemerintahan sendiri. Mereka pun memiliki visi ideal perihal seperti apa model Indonesia yang cocok: sebuah republik federal di mana kekuasaan tak terpusat dan daerah punya kendali yang kuat dalam mengelola potensinya sendiri.
Konferensi Malino menghasilkan keputusan untuk membangun ketatanegaraan baru di wilayah Hindia Belanda dengan sistem Negara Indonesa Serikat.
Keputusan Konferensi Malino tersebut ditandatangani oleh Tjokorda Raka Sukawati, Nadjamoedin Daeng Malewa, RJ Mathekohy, A Asikin Noor, serta Sultan Hamid II.
Seperti yang sudah disinggung di atas, Konferensi Malino bertujuan untuk membentuk negara-negara federal di daerah yang baru diserahterimakan oleh Inggris dan Australia kepada Belanda. Dengan adanya Konferensi Malino, Belanda berharap daerah-daerah tersebut akan mendukungnya dalam pembentukan negara federasi.
Di samping itu, Belanda juga terus mengirim pasukannya memasuki Indonesia. Akibatnya, kadar permusuhan antara kedua belah pihak semakin meningkat. Hingga akhirnya terjadi peristiwa Agresi Militer Belanda I.
0 Response to "Konferensi Malino, Upaya Belanda Memecah Indonesia"
Posting Komentar