Perjuangan Rakyat Semarang dalam Menegakkan Kemerdekaan RI


Bung Karno pernah mengatakan "beri aku sepuluh orang pemuda maka akan kuguncangkan dunia". Ungkapan ini dapat menggambarkan bagaimana kesigapan para pemuda Indonesia dalam menyebarkan berita kemerdekaan setelah proklamasi dikumandangkan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.

Berita tentang proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia terus menyebar hingga ke berbagai penjuru tanah air Indonesia. Salah satunya di Semarang, pada tanggal 19 Agustus 1945 pukul 13.00 WIB, Wongsonegoro yang saat itu menjabat sebagai Fuku Suchookan  (wakil Residen Semarang) mendapat kabar kemerdekaan dari kantor berita Domei di Jakarta langsung mengambil peran mendukung kemerdekaan RI.

Gambar. Monumen  Tugu Muda

Wongsonegoro mengeluarkan pernyataan atau perintah sebagai berikut:

Berdasarkan ata pengumuman-pengumuman Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Komite Nasional di Jakarta, maka dengan ini kami atas nama rakyat Indonesia mengumumkan sementara aturan-aturan pemerintahan untuk menjaga keamanan umum di daerah Semarang.
  1. Mulai hari ini tanggal 19 Agustus 1945 jam 13.00 pemerintah RI untuk daerah Semarang mulai berlaku.
  2. Terhadap segala perbuatan yang menentang pemerintah RI akan diambil tindakan yang keras.
  3. Senjata api, kecuali yang di tangan mereka yang berhak memakainya harus diserahkan kepada polisi.
  4. Hanya bendera Indonesia Merah Putih boleh berkibar.
  5. Terhadap segala perbuatan yang menganggu ketentraman dan kesejahteraan umum diambil tindakan keras.
  6. Selanjutnya semua penduduk hendaknya melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagaimana biasa.
Perjuangan Rakyat Semarang Melawan Jepang
Keadaan di Semarang semakin panas. Sebab, Jepang tidak menghiraukan seruan pemerintahan di Semarang. Akibatnya ribuan pemuda Semarang pada tanggal 7 Oktober 1945 mengeruduk tangsi tentara Jepang, Kedobutai di Jatingaleh. Meski berjalan alot akhirnya disepakai penyerahan senjata secara bertahap.


Pada tanggal 14 Oktober 1945 terjadi insiden tawanan Jepang dari pabrik gula Cepiring sekitar 400 orang berhasil melarikan diri ketika diangkut oleh para pemuda untuk dipindahkan ke penjara Bulu, Semarang. Para tawanan Jepang yang berhasil melarikan diri meminta perlindungan kepada batalion Kedobutai. Maka meletuslah perang yang sangat sengit, para pemuda menyerang dan melucuti senjata terhadap Jepang. Pertempuran ini dikenal dengan pertemuran lima hari di Semarang.

Kondisi semakin parah ketika tersiar kabar pada petang harinya bahwa seorang petugas kepolisian Indonesia yang menjaga persediaan air minum di Wungkal di serang oleh tentara Jepang. Petugas kepolisian itu dilucuti dan disiksa di tangsi Kedobotai Jatigaleh. 

Rakyat Semarang semakin gelisah ketika diperparah dengan kabar Air Ledeng di Candi telah diracun oleh tentara Jepang. Untuk memastikan itu dr. Kariadi seorang kepala laboratorium dinas Purusara Semarang ingin mengecek persediaan air tersebut namun ia malah dibunuh oleh tentara Jepang. Insiden ini telah menambah sengitnya pertempuran yang terjadi di Semarang melawan pasukan Jepang.

Baca Juga:

Tentara Jepang meningkatkan pertempuran ketika salah satu petinggi pasukan Jepang yaitu Mayor Jenderal Nakamura berhasil ditangkap oleh para pemuda. Pada hari kedua dan ketiga tentara Jepang berusaha untuk mengusai daerah Semarang. Dalam pertempuran itu pasukan Jepang dibagi menjadi tiga kekuatan yaitu:
1. Poros Barat untuk menguasai markas Kempetai di Karangasem yang sebelumnya dikuasai oleh para pemuda. Selain itu juga untuk menghambat bantuan pasukan dari Pekalongan dan Kendal.
2. Poros Tengah untuk menguasai markas AMRI di Hotel Du Pavillon.
3. Poros Timur dengan sasaran untuk menguasai Sekolah Teknik dan mencegah bantuan BKR dari Demak, Pati dan Rembang.

Akhir Pertempuran Lima Hari di Semarang dan Kedatangan Sekutu
Pada akhirnya, Pertempuran Rakyat Semarang yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Semarang berhasil diakhiri setelah Kasman Singodimedjo dan Mr Sartono yang mewakili Indonesia berunding dengan Komandan Tentara Jepang Letkol Nomura.  Keduanya berunding untuk mengupayakan gencatan senjata.

Belum ada tanda-tanda akan diadakan gencatan senjata. Pada pagi harinya tersiar kabar pasukan Sekutu mendara di Pelabuhan Semarang dengan menumpang kapal HMS Glenry. Pasukan Sekutu bertugas untuk melucuti tentara Jepang.

Dengan kedatangan pasukan Sekutu di Semarang mempercepat berakhirnya pertempuran lima hari di Semarang. Untuk mengenang peristiwa Pertempuran Lima Hari Semarang, dibangun sebuah monumen Tugu Muda di Simpang Lima, Kota Semarang.  Tugu Muda dibangun tanggal 10 November 1950 dan diresmikan oleh Soekarno tanggal 20 Mei 1953.

0 Response to "Perjuangan Rakyat Semarang dalam Menegakkan Kemerdekaan RI"

Posting Komentar