Pedati pengangkut pasir di Ngarai Sianok, Bukittinggi–Agam, sekitar tahun 1910–1925, menghadirkan gambaran nyata kehidupan masyarakat Minangkabau pada awal abad ke-20. Foto koleksi KITLV yang telah diwarnai ulang (colorized) ini memperlihatkan aktivitas ekonomi rakyat yang sederhana namun penuh ketekunan, berpadu dengan keindahan alam ngarai yang megah.
Di dasar Ngarai Sianok tampak hamparan pasir dan aliran sungai yang menjadi sumber penghidupan. Pasir diangkut menggunakan pedati kayu yang ditarik kerbau, hewan penting dalam kehidupan agraris Minangkabau. Para kusir pedati, dengan pakaian sederhana, menunjukkan kerja keras masyarakat yang mengandalkan tenaga manusia dan hewan di tengah keterbatasan teknologi pada masa kolonial. Aktivitas ini menjadi bagian penting dari roda ekonomi lokal, terutama untuk kebutuhan pembangunan dan infrastruktur.
Latar tebing-tebing tinggi yang hijau dan kokoh menciptakan kontras antara kebesaran alam dan aktivitas manusia yang bersahaja. Foto ini tidak hanya merekam kegiatan kerja, tetapi juga mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Pewarnaan ulang pada foto membuat suasana masa lalu terasa lebih hidup dan dekat, sehingga membantu generasi kini memahami sejarah sebagai pengalaman nyata. Pedati pengangkut pasir di Ngarai Sianok menjadi simbol ketahanan, kesederhanaan, dan semangat kerja masyarakat Minangkabau pada masanya.***

Posting Komentar untuk "Mengangkut Pasir di Ngarai Sianok: Potret Kehidupan 1910–1925"