Dari Tasman hingga Cook: Kisah Penjelajahan Eropa ke Dunia Baru di Selatan

Ketika dunia Eropa memasuki masa keemasan penjelajahan laut pada abad ke-16 hingga ke-18, peta dunia belum sepenuhnya lengkap. Di selatan khatulistiwa, terbentang lautan luas yang belum dijelajahi, misterius dan memancing rasa ingin tahu bangsa-bangsa pelaut.


Wilayah itu kelak dikenal sebagai Oseania, yang mencakup Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik. Dari keyakinan akan adanya “Terra Australis Incognita” (tanah selatan yang belum dikenal), dimulailah kisah panjang penjelajahan bangsa Belanda, Inggris, dan Prancis menuju dunia baru di selatan.

Mitos Tanah Selatan dan Ambisi Penjelajahan

Sejak abad ke-15, bangsa Eropa sudah berlomba-lomba menjelajahi dunia. Portugis dan Spanyol lebih dahulu menemukan jalur ke Asia dan Amerika, sementara Belanda, Inggris, dan Prancis menyusul dengan ambisi yang sama, memperluas wilayah, mencari rempah-rempah, dan menguasai jalur perdagangan dunia.

Namun di antara semua peta dan laporan perjalanan, selalu ada satu bagian yang kosong, wilayah di bagian selatan bumi. Para ahli geografi Eropa meyakini di sana terdapat benua besar yang menyeimbangkan massa daratan di utara. Mereka menamainya Terra Australis, benua misterius yang dipercaya menyimpan kekayaan alam luar biasa.

Hasrat untuk menemukan “tanah selatan” inilah yang kemudian mengarahkan kapal-kapal Eropa menuju samudra luas di antara Asia dan Amerika, wilayah yang kini kita kenal sebagai Oseania.

Abel Tasman dan Penemuan Wilayah Baru

Bangsa Belanda termasuk yang paling awal menjejakkan kaki di perairan selatan. Setelah mendirikan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) pada tahun 1602, Belanda menguasai perdagangan rempah di Asia Tenggara. Dari Batavia (Jakarta sekarang), para pelaut Belanda mulai menelusuri perairan ke arah timur dan selatan untuk mencari jalur baru.


Nama Abel Janszoon Tasman menjadi tokoh penting dalam sejarah penjelajahan Oseania. Pada tahun 1642, VOC menugaskannya berlayar dari Batavia untuk mencari tanah baru di selatan. Dalam ekspedisi ini, Tasman menjadi orang Eropa pertama yang mencapai pantai Tasmania, pulau di selatan Australia yang kini dinamai untuk menghormatinya.

Tasman kemudian melanjutkan pelayarannya ke arah timur dan menemukan Selandia Baru (New Zealand) serta kepulauan Tonga dan Fiji. Namun, interaksi pertamanya dengan penduduk asli Māori di Selandia Baru berakhir tragis karena kesalahpahaman, yang menyebabkan beberapa anak buahnya tewas. Karena peristiwa itu, Tasman tidak mendarat dan hanya mencatat temuan-temuannya dari atas kapal.

Meskipun ekspedisi Tasman tidak menemukan “benua besar” yang diharapkan VOC, hasil perjalanannya memberikan peta baru yang sangat berharga bagi Eropa. Nama “Van Diemen’s Land” (nama lama Tasmania) dan “Nieuw Zeeland” menjadi penanda awal kehadiran Eropa di wilayah selatan dunia.

James Cook dan Pemetaan Australia

Lebih dari seabad setelah Abel Tasman, Inggris muncul sebagai kekuatan maritim baru. Mereka berambisi menyaingi Belanda dan Prancis dalam menjelajahi dunia. Sosok paling berpengaruh dalam tahap ini adalah Kapten James Cook, seorang pelaut dan ilmuwan yang kelak mengubah peta Oseania selamanya.

Ekspedisi pertama James Cook dimulai pada tahun 1768 dengan misi ilmiah: mengamati transit planet Venus dari Tahiti, sebuah peristiwa astronomi penting untuk mengukur jarak antara bumi dan matahari. Namun, Cook membawa instruksi rahasia dari pemerintah Inggris—mencari dan mengklaim tanah di selatan untuk Kerajaan Inggris.


Setelah mengamati transit Venus di Tahiti pada tahun 1769, James Cook berlayar ke barat daya dengan kapalnya, HMS Endeavour, menemukan 
dan mengunjungi kepulauan yang termasuk Tonga dan Selandia Baru (New Zealand).

Cook tiba di Selandia Baru pada Oktober 1769 dan menghabiskan hampir enam bulan untuk mengelilingi dan memetakan garis pantainya secara lengkap (hampir 4.000 mil). Inilah kontribusi terbesarnya. Abel Tasman hanya melihat sebagian kecil dari pantai barat dan utara Selandia Baru dan tidak pernah mengelilinginya.

Dengan memetakan Selandia Baru secara lengkap, Cook membantah teori yang populer saat itu (dan menjadi salah satu tujuan misinya) bahwa Selandia Baru adalah bagian utara dari benua misterius raksasa di selatan, yang disebut Terra Australis Incognita. Ia membuktikan bahwa wilayah itu terdiri dari dua pulau utama yang terpisah (Pulau Utara dan Pulau Selatan) dan bukanlah benua tunggal yang besar. Selat yang memisahkan kedua pulau itu sekarang dinamai Selat Cook untuk menghormati dirinya.

Pada tahun 1770, Cook dan kapalnya HMS Endeavour melanjutkan perjalanan ke barat hingga mencapai pantai timur Australia di daerah yang kini dikenal sebagai Botany Bay (Sydney). Di sanalah Cook dan ilmuwan alam Joseph Banks mengamati keanekaragaman hayati yang luar biasa, flora dan fauna yang belum pernah dikenal di dunia Barat.

Cook menamakan wilayah itu New South Wales dan mengklaimnya untuk Kerajaan Inggris. Inilah awal mula penguasaan Inggris atas Australia yang kelak menjadi koloni penting dalam Kekaisaran Inggris.

Peran Bangsa Prancis dalam Penjelajahan Oseania

Tak mau ketinggalan, bangsa Prancis juga terjun dalam ekspedisi ke Oseania. Pada akhir abad ke-18, mereka mengirim beberapa ekspedisi besar untuk menyaingi Inggris dalam bidang ilmiah dan politik.

Salah satu tokoh penting adalah Louis-Antoine de Bougainville, yang pada tahun 1766–1769 dengan kapal La Boudesuse dan Etoile berlayar mengelilingi dunia dan menemukan sejumlah pulau di Pasifik, termasuk Samoa dan Tahiti. Dia juga melewati dan menamai beberapa kepulauan, termasuk Samoa (yang ia sebut "Kepulauan Navigator"). 

Bougainville dikenal bukan hanya sebagai pelaut, tetapi juga sebagai ilmuwan dan penulis catatan perjalanan yang menginspirasi minat Eropa terhadap dunia tropis. Dampak ilmiahnya diakui hingga saat ini, termasuk penamaan genus tanaman hias yang populer, Bougainvillea. 

Beberapa tahun kemudian, Jean-François de La Pérouse memimpin ekspedisi Prancis yang juga menjelajahi wilayah Pasifik. Sayangnya, pelayarannya berakhir misterius setelah kapalnya hilang di sekitar Kepulauan Solomon pada 1788. Namun, catatan perjalanannya yang ditemukan kemudian memberikan wawasan berharga tentang geografi dan budaya masyarakat Pasifik.

Dampak Penjelajahan Eropa bagi Oseania

Penjelajahan bangsa Eropa membawa dampak besar bagi wilayah Oseania, baik positif maupun negatif.

1. Pengetahuan dan Pemetaan Dunia Baru

Ekspedisi Abel Tasman dan James Cook memperluas pengetahuan Eropa tentang dunia. Peta yang mereka hasilkan menjadi dasar bagi navigasi modern dan perdagangan global. Dunia selatan yang dahulu misterius kini tergambar jelas di peta dunia.

2. Pertukaran Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Interaksi antara bangsa Eropa dengan penduduk asli Pasifik dan Australia memperkenalkan dunia Barat pada kebudayaan dan keanekaragaman manusia di wilayah tersebut. Para ilmuwan seperti Joseph Banks mengumpulkan ribuan spesies tumbuhan baru, memperkaya ilmu pengetahuan Eropa.

3. Awal Kolonialisme

Namun, di balik kemajuan ilmu dan penemuan, penjelajahan ini juga membuka jalan bagi kolonialisasi dan eksploitasi. Setelah Cook mengklaim Australia untuk Inggris, wilayah itu menjadi tempat pembuangan narapidana Inggris pada akhir abad ke-18. Penduduk asli, seperti suku Aborigin, mengalami penyingkiran, kehilangan tanah, dan penurunan populasi akibat penyakit serta konflik.

4. Warisan Nama dan Identitas

Hingga kini, banyak nama tempat di Oseania masih mengingatkan kita pada masa penjelajahan itu, seperti Tasmania dari Abel Tasman, Cook Islands dari James Cook, dan Bougainville Island dari Louis-Antoine de Bougainville. Nama-nama ini menjadi jejak sejarah panjang interaksi antara Eropa dan dunia selatan.

Oseania dalam Peta Dunia Modern

Setelah masa penjelajahan bangsa-bangsa Eropa, Oseania perlahan berubah menjadi bagian penting dari peta politik dunia. Inggris memperkuat kekuasaannya di Australia dan Selandia Baru, sementara Prancis menguasai beberapa pulau seperti Tahiti dan Kaledonia Baru.

Sementara itu, wilayah Pasifik lainnya menjadi ajang persaingan antara kekuatan kolonial Eropa. Meskipun demikian, penjelajahan yang dilakukan Tasman, Cook, dan Bougainville telah membuka pintu bagi hubungan global antara Eropa dan dunia selatan yang sebelumnya terisolasi.

***

0 Response to "Dari Tasman hingga Cook: Kisah Penjelajahan Eropa ke Dunia Baru di Selatan"

Posting Komentar