Materi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Meramu) Tingkat Lanjut : Kebudayaan Mesolitikum

Pada zaman ini disebut juga dengan kebudayaan Mesolitikum. Mesolitikum berasal dari bahasa Yunani yaitu, mesos yang berarti tengah dan lithos berarti batu. Kebudayaan Mesolitikum memiliki dua pengertian; pertama pada periode ini alat penunjang kehidupannya untuk berburu dan mengumpulkan makanan masih sama dengan periode sebelumnya (kebudayaan Paleolitikum) yaitu masih menggunakan batu yang masih kasar. Kedua pada periode ini merupakan masa peralihan antara kebudayaan batu tua ke batu muda. Sebagai masa peralihan tentu mengalami perkembangan.

Kebudayaan Mesolitikum diperkirakan terjadi pada 10.000 tahun yang lalu atau pada masa Holosen. Salah satu pendukung kebudayaan ini ialah manusia Homo Sapien. Manusia jenis Homo Sapien ini kemampuan daya pikirnya lebih maju sehingga hasil kebudayaannya lebih tinggi seperti munculnya alat serpih-bilah yang merupakan perkembangan alat-alat serpih pada periode Paleolitikum.

Corak dan Pola Kebudayaan Mesolitikum
Pola kehidupan pada periode Mesolitikum disebut dengan semi sedenter, merupakan pola tempat tinggal menetap sementara. Mereka bertempat tinggal secara sementara dalam kurun waktu tertentu pada umumnya di goa-goa payung yang dekat dengan air, seperti pantai ataupun sungai.

Manusia Pendukung
Manusia pendukung pada kebudayaan Mesolitikum ialah Homo Sapien. Jenis Homo Sapien disebut juga dengan manusia cerdas, sehingga banyak perkembangan yang terjadi pada periode mesolitikum seperti berkembangnya alat serpih bilah dari periode sebelumnya.

Baca juga:
Peninggalan Kebudayaan Mesolitikum
1. Kjokkenmoddinger
Salah satu ciri kehidupan yang menonjol pada masyarakat zaman mesolithikum di Indonesia hidup dari berburu dan meramu. Kebanyakan dari mereka hidup di gua-gua di tepi pantai. Hal ini terbukti dengan banyak ditemukannya Kjokkenmoddinger.

Gambar. Kjokkenmoddinger, Kampung Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan
Sumber. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/wp-content/uploads/sites/39/2018/10/43131412_2052180494821459_1669550609402953728_n-1024x768.jpg

Kata kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding yang artinya sampah. Kjokkenmoddinger adalah tumpukan sampah dapur berupa kulit siput dan kerang yang menggunung dan tingginya bisa mencapai 7 meter. Pertama kali Kjokkenmoddinger ini ditemukan oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels. Di Indonesia, lokasi peninggalan ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, antara Langsa di Aceh hingga Medan.

Dari penemuan ini kemudian memunculkan dugaan bahwa manusia zaman dulu mengandalkan makanan dari hasil tangkapan siput dan kerang. Dr. P. V. van Stein Callenfels selain meneliti Kjokkenmoddinger juga menemukan benda–benda peninggalan lain diantaranya batu penggilingan beserta pipisannya, kapak genggam serta pecahan–pecahan tengkorak dan gigi..

2. Abris Sous Roche
Abris Sous Roche merupakan gua menyerupakai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Abris sous roche menjadi salah satu hasil kebudayaan manusia praaksara yang hidup pada zaman Mesolitikum. Dari kebudayaan Abris sous roche ini menunjukkan adanya pola hunian yang menetap di gua-gua.

Pertama kali Abris Sous Roche diteliti oleh von Stein Callenfels di Goa Lawa dekat Sampung, Ponorogo pada tahun 1928 sampai 1931.

3. Kapak Genggam
Penelitian yang dilakukan di bukit kerang sepanjang pantai Timur Sumatera oleh Von Stein Callenfels berhasil menemukan kapak genggam yang bentuknya berbeda dari chopper pada periode Paleoltikum.

Kemudian kapak jenis ini diberi nama pebble yang lebih dikenal dengan kapak Sumatera (Sumateralith). Kapak Sumatera terbuat dari batu kali yang pecah pada sisi luarnya dibiarkan kasar, sementara bagian dalamnya dikerjakan sesuai kebutuhan pemakaian.

Daftar Referensi:
  1. Sardiman, dkk. Sejarah Indonesia Kelas X untuk SMA/MA. Kementrian Pendidikan Indonesia : Jakarta
  2. Kjokkenmoddinger. Diakes dari laman https://jantungmelayu.com/2020/12/kjokkenmoddinger/ pada tanggal 12 Oktober 2022.*

0 Response to "Materi Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Meramu) Tingkat Lanjut : Kebudayaan Mesolitikum"

Posting Komentar